FEBUPNVJ – (13/11/2024) Dalam sesi diskusi pada acara Jakarta Economic Sustainability International Conference Agenda (JESICA) 4th Seminar dan Call for Papers di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UPN “Veteran” Jakarta, Prof. Dr. Rajah Rasiah dari University of Malaya, Malaysia, memaparkan pentingnya digitalisasi dan ketahanan iklim sebagai pilar utama untuk mencapai pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, khususnya di kawasan Asia Tenggara.
Prof. Rajah menyampaikan Dalam konteks pengembangan digitalisasi, public good atau barang publik merujuk pada produk atau layanan yang bersifat non-rival dan non-eksklusif, sehingga bisa dinikmati oleh siapa saja tanpa mengurangi ketersediaan bagi orang lain.
Pemerintah memiliki peran yang sangat penting dalam mendorong inovasi dalam konsep green growth atau pertumbuhan hijau. Sebagai pengarah kebijakan, pemerintah dapat menciptakan kerangka regulasi dan kebijakan yang mendukung transisi menuju ekonomi yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan. Dalam hal ini, pemerintah bertindak sebagai katalisator perubahan dengan mengintegrasikan prinsip-prinsip keberlanjutan ke dalam sistem ekonomi, industri, dan sosial.
Untuk mendorong inovasi, pemerintah dapat memberikan insentif fiskal, seperti subsidi atau pengurangan pajak, bagi perusahaan yang berinvestasi dalam teknologi ramah lingkungan atau yang mengimplementasikan praktik pertanian dan industri yang berkelanjutan. Selain itu, pemerintah juga dapat memfasilitasi akses ke pembiayaan melalui dana riset atau program hibah untuk mendukung pengembangan teknologi hijau.
Lebih lanjut, ia juga menyoroti pentingnya fokus pada ketahanan iklim, dengan menurunkan emisi karbon dan mengadopsi praktik ramah lingkungan sebagai langkah mitigasi terhadap dampak perubahan iklim. Prof. Rasiah menggarisbawahi bahwa kebijakan keberlanjutan harus diintegrasikan dengan inisiatif digitalisasi untuk menghindari digital divide, yang dapat memperburuk ketimpangan ekonomi antara kelompok kaya dan miskin.
Dalam presentasinya, Prof. Rasiah juga membahas tantangan yang dihadapi kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia, dalam adopsi digitalisasi dan ketahanan iklim. Ia menggarisbawahi perlunya reformasi politik dan peningkatan infrastruktur untuk mendukung penyebaran teknologi digital secara merata, terutama bagi kelompok masyarakat miskin dan rentan.
Sebagai penutup, Prof. Rasiah merekomendasikan agar pemerintah dan sektor swasta bekerja sama dalam membangun ekosistem yang mendukung digitalisasi dan keberlanjutan. Investasi pada infrastruktur dasar, pendidikan, dan penelitian serta pengembangan (R&D) sangat diperlukan untuk mencapai potensi penuh dari ekonomi digital dan mewujudkan ketahanan iklim yang efektif.
Acara ini menjadi momentum penting bagi para akademisi, peneliti, dan praktisi ekonomi untuk berdiskusi dan bertukar pandangan mengenai strategi integrasi inovasi hijau untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di masa depan.