FEBUPNVJ – Sabtu (15/7/2023) telah dilaksanakan Webinar “We Grow Up 2023″ dengan mengusung tema “Improve Your Public Speaking & Build Positive Personal Branding as A Self-Development Strategy” yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa (HIMA) SI Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta. Webinar We Grow Up 2023 dilakukan secara daring melalui platform Zoom Clouds Meeting, berlangsung selama 225 menit, mulai pukul 09.30 WIB – 13.15 WIB dengan jumlah partisipan sebanyak 63orang, yang terdiri dari panitia We Grow Up 2023 dan pengurus internal Himpunan Mahasiswa S1 Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta. Diharapkan acara ini dapat menjadi wadah bagi pengurus internal untuk meningkatkan kemampuan berbicara di depan publik dengan baik dan membangun citra diri dengan tepat, yang nantinya akan berguna pada lingkup organisasi maupun dunia kerja. Pembicara materi dalam acara ini adalah Arina Manasikana, Content Creator dan Public Speaker, Darlene Gitta Hamida, Mahasiswa Ilmu Komunikasi UPN Veteran Jakarta 2019.
We Grow Up 2023 dibuka oleh Shendy Ferdianto dan Kayla selaku MC. Arina Manasikana, selaku pembicara 1 memaparkan materi dengan sangat baik dan menarik. Dalam pemaparannya, beliau menjelaskan mengenai apa itu pengertian public speaking, kemudian juga menjelaskan tiga manfaat dalam menguasai public speaking. Berikutnya, Arina Manasikana juga memberikan suatu pengetahuan mengenai segmentasi audiens saat menjadi pembicara dan memberi tahu teknik presentasi saat pembukaan maupun penutupan.. Lalu, beliau juga memaparkan apa saja kunci keberhasilan, jenis vokal, dan pilihan verbal saat menjadi pembicara. Beliau juga memberikan tips untuk mengatasi rasa gugup dengan mempersiapkan materi, melatih pernafasan, dan membawa catatan. Pemaparan materi dari Arina Manasikana diakhiri dengan memberikan cara untuk meningkatkan public speaking, yaitu dengan sering membaca buku, mencari role model sebagai acuan, mengikuti lomba, dan bersosialisasi. Begitupun dengan Darlene Gitta Hamida, selaku pembicara 2 yang juga memaparkan materi dengan sangat baik dan menarik. Dalam pemaparannya, beliau menjelaskan pada dasarnya semua orang merupakan orang biasa, namun kita bisa memilih untuk menjadi lebih dari biasa yaitu dengan personal branding. Selanjutnya, beliau menjelaskan apa pengertian dari personal branding tersebut dan memberi tahu langkah awal untuk melakukan personal branding. Berikutnya, Darlene Gitta Hamida juga memberikan tiga tips untuk membantu menemukan value dalam diri dengan mengetahui interest, passion, dan hobbies.
Pada sesi tanya jawab, partisipan telihat aktif melontarkan pertanyaan seputar public speaking. Salah satu pertanyaan menarik pada materi 1, yaitu pertanyaan dari Hanna Nabila. Pertanyaan yang Hanna lontarkan yaitu apa saja do’s and don’ts dari public speaking. Arina Manasikana kemudian menjawab untuk do’s dapat berpakaian lebih rapih agar terlihat menarik. Kalau untuk don’ts , yang pertama dari gestur tubuh. Bahwa menunjuk orang dengan jari telunjuk itu tidak boleh karena terkesan tidak sopan. Lebih baik jika ingin mempersilahkan seseorang berbicara dengan membuka lima jari dan mengarah pada orang tersebut. Kedua, biasakan untuk tidak stay di tempat, panggung adalah kuasa pembicara, silakan berjalan atau melangkah kecil itu tidak masalah. Ketiga, tidak boleh menyila tangan di dada, karena kesannya lebih tertutup kepada orang, jadi lebih baik dua tangan bergerak. Terakhir, yaitu eye contact saat berbicara harus menatap audiens. Sedangkan pada materi 2 terdapat pertanyaan menarik yang datang dari Fitto Ramadhan. Pertanvaan vang ia lontarkan vaitu bagaimana kalau kita sudah merencanakan diri kita seperti apa di masa depan, tetapi di lingkungan sekitar kita ada yang tidak mendukung rencana itu ataupun menyuruh kita untuk menjadi seperti yang mereka inginkan. Darlene Gitta Hamida kemudian menjawab bahwa kita harus tetap bersikap humble dan mau untuk belajar. Tentunya orang memiliki alasan dalam melakukan sesuatu termasuk diri kita. Ini termasuk sebuah tantangan, kita bisa mengajak orang yang tidak mendukung kita berbicara dan menanyakan mengapa sebenarnya mereka berlaku seperti itu. Kita juga bisa menjelaskan pandangan dari diri sendiri, jadi dari komunikasi tersebut menjadi learning process.