FEBUPNVJ – Kegiatan The 5th Jakarta Economic Sustainability International Conference Agenda (JESICA) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “Veteteran” Jakarta (UPNVJ) menghadirkan berbagai perspektif strategis terkait masa depan ekonomi global, salah satunya melalui paparan Prof. Dr. Rozainun Haji Abdul Aziz, President of ASEAN Accounting Education Workgroup (AAEW) sekaligus Professor of Accounting, UniKL Business School, Malaysia. Dalam sesi bertema “The Ethical Compass in a Digital World: Where Are Our Graduates Headed?”, Prof. Rozainun menyoroti urgensi etika di tengah pesatnya digitalisasi dan kemajuan teknologi yang membentuk perilaku generasi profesional masa depan.

Menurutnya, dunia digital saat ini bergerak serba cepat seperti informasi, keputusan, hingga kemunculan berbagai bentuk “jalan pintas” yang terkadang mengabaikan nilai moral. “Teknologi itu kuat namun netral. Manusia yang memberi arah, dan etika adalah kompasnya,” ujarnya. Tanpa kompas etika, tambahnya, keterampilan digital justru dapat berubah menjadi ancaman.

Prof. Rozainun mengungkapkan berbagai dilema etika yang dihadapi mahasiswa dan calon profesional, mulai dari penggunaan AI untuk menulis tugas, manipulasi data, bias algoritma, hingga isu penipuan digital dan kelalaian keamanan siber. Ia menekankan bahwa fenomena tersebut bukan hanya tantangan akademik, tetapi juga risiko serius bagi dunia profesi, termasuk akuntan dan pelaku bisnis yang kini bekerja dalam lingkungan berbasis cloud, audit berbasis AI, dan laporan ESG yang menuntut integritas tinggi.

Dalam konteks ASEAN, percepatan digitalisasi justru berpotensi memperlebar kesenjangan etika. “Kita bukan hanya menghadapi digital gap, tetapi juga ethical gap. Kompetensi harus selalu diimbangi dengan hati nurani,” tegasnya.

Prof. Rozainun juga menyoroti peran pendidikan tinggi yang dinilainya masih belum maksimal dalam membangun kesadaran etika digital. Ia mendorong integrasi nilai etika di setiap mata kuliah, penggunaan kasus nyata di ASEAN, penanaman professional scepticism, dan keteladanan dari para pendidik.

“Ketika tidak ada yang melihat, apakah kita tetap memilih melakukan hal yang benar?” pertanyaan itu ia lontarkan untuk menegaskan bahwa etika adalah fondasi yang harus dibangun dari diri masing-masing individu.

Menutup sesi, Prof. Rozainun mengajak seluruh pemangku kepentingan antara lain mahasiswa, dosen, hingga praktisi, untuk memperkuat kompas etika demi menciptakan generasi profesional yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berintegritas. “Ini dimulai dari kita… dan berakhir pada kita. Pertanyaannya: apakah kita tahu ke mana para lulusan kita sedang menuju?” tutupnya.

Share :