FEBUPNVJ – Jumat (16/5/2025)Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UPN “Veteran” Jakarta kembali menunjukkan komitmennya dalam memperkuat karakter keilmuan berbasis nilai-nilai kebangsaan dengan menyelenggarakan Workshop Metode Kualitatif bertajuk “Menurunkan Pemikiran Tokoh Nasional Menjadi Metode Riset”. Bertempat di ruang kelas Magister, Gedung MH. Thamrin lantai 2, acara ini menghadirkan narasumber sekaligus dosen tetap FEB UPNVJ, Krisno Septyan, SE, MS.Ak., SAS.

Dalam pemaparannya, Krisno mengajak peserta untuk merefleksikan kembali fondasi keilmuan yang selama ini didominasi oleh pemikiran dan paradigma Barat. “Ilmu pengetahuan modern sering kali menegasikan hal-hal transenden dan spiritual. Kita lupa bahwa ilmu bukan semata hasil data, melainkan juga lahir dari rasa takut dan cinta kepada Tuhan,” tegasnya dalam presentasi penuh semangat.

Workshop ini secara eksplisit menantang dominasi paradigma positivistik dalam riset, dan mengajak mahasiswa serta peneliti untuk mulai menggunakan tokoh-tokoh nasional seperti Ki Hadjar Dewantara, Soekarno, dan Gus Dur sebagai sumber inspirasi metodologi ilmiah. “Bukan hanya teori Barat yang layak dijadikan rujukan. Kita punya pemikir-pemikir bangsa yang sarat dengan nilai-nilai pembebasan, spiritualitas, dan kemanusiaan,” lanjut Krisno.

Ia menjelaskan bahwa metode kualitatif sebenarnya membuka ruang bagi peneliti untuk lebih mengekspresikan identitas diri, membawa keyakinan, pengalaman, dan keberpihakan sebagai bagian dari proses ilmiah. Salah satu metode yang diperkenalkan bahkan mencakup pendekatan spiritual seperti dzikir, tafakur, dan doa, yang menurutnya sah dan penting dalam membangun pengetahuan yang berjiwa.

Salah satu bagian paling menarik dalam pemaparan Krisno adalah kritik terhadap penggunaan IFRS (International Financial Reporting Standards) yang dianggap menjadi simbol keterjajahan dalam ilmu akuntansi. “IFRS itu standar global, iya. Tapi standar itu tidak netral. Ia dirancang untuk mendukung perusahaan-perusahaan besar, bukan rakyat. Maka penting bagi kita sebagai peneliti dan akademisi untuk mempertanyakan: apakah itu mencerminkan nilai-nilai Pancasila?” ujarnya kritis.

Melalui kegiatan ini, peserta diajak untuk tidak hanya memahami metode riset kualitatif secara teknis, tetapi juga mengintegrasikan nilai-nilai bela negara dalam setiap langkah riset. Riset, menurut Krisno, adalah arena perjuangan: “Jika kita hanya menyalin teori Barat tanpa menyaringnya, maka kita sedang menulis dengan pena penjajah. Padahal riset adalah bentuk bela negara.”

Workshop ini ditutup dengan ajakan untuk tidak terjebak pada praktik cocokologi, yakni memaksakan realitas ke dalam kerangka pemikiran tokoh. Sebaliknya, peneliti diajak untuk lebih dahulu memahami karakter dan nilai yang dibawa oleh tokoh nasional, baru kemudian menyelaraskannya dengan fenomena masa kini melalui pertanyaan-pertanyaan ontologis yang mendalam.

Acara ini menjadi momentum penting bagi sivitas akademika FEB UPNVJ dalam mendorong arah keilmuan yang tidak hanya kritis dan kontekstual, tetapi juga memiliki akar nilai-nilai kebangsaan dan spiritualitas. Sebuah langkah nyata menuju riset yang tidak sekadar “internasional”, tetapi juga “beridentitas”.

Share :